Skip to main content
Huriyah Dhawy Febrianti

Disabilitas Netra lulus Wisuda di Unair

Mahasiswi yang telah menyelesaikan Sarjana Universitas Airlangga itu bernama Huriyah Dhawy Febrianti (kerap disapa Dhawy). Menyandang disabilitas netra tak menghalangi Dhawy dalam meraih pendidikan tinggi mampu lulus wisuda dan menjadi kebanggaan keluarga. Alumnus Program Studi Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya itu pun berhasil menuntaskan pendidikan di Universitas Airlangga (Unair) (2019-2023). Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, UNAIR membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi siapapun yang ingin melanjutkan pendidikan di UNAIR termasuk disabilitas. Hal ini dirasakan oleh Dhawy, meski menjadi mahasiswa disabilitas netra setelah alfian di UNAIR, ia mengungkapkan bahwa tidak ada kesulitan berarti saat menempuh studi di prodi tersebut.

 

Profil Diri dan Keluarga

Dhawy merupakan anak tunggal yang mengalami tunanetra (kebutaan sejak lahir) sejak ibunya, Irene Rachman, melahirkan Dhawy saat usia kehamilan yang baru menginjak enam bulan dua minggu. Dhawy lahir di Surabaya pada tanggal 12 Februari 2002. Kemudian, dibesarkan oleh perjuangan seorang mama yang selalu mengajarkan tentang cinta kasih, kedisiplinan tinggi, empati, serta sikap tangguh dan percaya diri.

Terlahir dengan kondisi tunanetra total nyatanya tidak menghalangi Dhawy untuk menuntut ilmu dan mengembangkan bakat. Dhawy mendapat gelar S.Hum setelah berkuliah di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya (2019-2023). Sebelumnya, Dhawy bersekolah di SMAN8 Surabaya (2016-2019), SMBLBA-YPAB Surabaya (2013-2016), SDLBA-YPAB Surabaya (2007-2013). Sebelum mendalami sastra dan kemampuan menulis, Dhawy juga mengikuti kursus di bidang Tarik suara (vocal) sejak tahun 2008-2018 di Melodia Surabaya.

Di usia 3-5 tahun, Dhawy teringat saat Mamanya selalu membacakan banyak cerita sebelum kami berdua tidur. Kemudian saat beranjak 10 tahun, Dhawy baru tahu kalau ternyata tidak selalu ada buku di tangan beliau saat bercerita. Beliau kadang bisa mengarang spontan saat menemaninya. Dari situ Dhawy mulai tertarik dengan dunia mengarang, khususnya mengarang cerita. Menariknya saat ada challenge dari temennya untuk merangkai cerita dan Dhawy pun berhasil menyelesaikannya sehingga saat itulah potensi dan bakat itu muncul dan sulit dipercaya bagi temen-temennya. pertualangan Dhawy pun dimulai, selanjutnya timbul keinginan membeli buku tulis kecil, lalu menulis cerita karangan.

Kembali lagi pada pendidikan yang Dhawy terima dari Mamanya. Beliau juga sering menanyai Dhawy terkait hal-hal sederhana seperti main apa saja di hari tersebut, bertemu siapa saja, bicara tentang apa saja, makan apa saja selama beliau bekerja, tujuannya untuk mengasah ingatan Dhawy dan melakukan pendekatan emosional. Setelah menjadi penulis novel sekarang, ternyata strategi itu berguna juga untuk membuat penokohan dan perwatakan yang kuat di novelnya. Dari sanalah uniknya bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra menuntun Dhawy pada dasar-dasar penciptaan karya, yang ternyata tidak jauh dari pengajaran masa kecil di rumah. Mungkin, Ia belum tentu menemukan keterkaitan yang sama jika tidak mendalami bahasa dan sastra.

Sejauh ini, Dhawy telah menulis tiga novel. Ketiganya yaitu “Keterpurukan Kedua” (2021), “Creative Life, Creative Project” (2021), “Real Child x Childish” (2021). Ditambah lagi, satu buku puisi motivasi yang Dhawy tulis tahun 2022 dengan judul “Membasuh Luka Bersama-Sama: Poetry for Healing Process”.

 

Wisuda dengan IPK diatas 3,5

Huriyah Dhawy FebriantiSetelah menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Tindak Ilokusi dalam Toxic Friendship pada Pengguna Instagram: Kajian Pragmatik”, Dhawy akhirnya menjalani ujian sidang skripsi pada tanggal 6 Juni 2023. Tanggal 12 Juli 2023, Ia mengikuti prosesi yudisium yang dilanjutkan dengan wisuda pada tanggal 12 Agustus 2023. Ia pun lulus dengan gelar S.Hum dengan IPK 3,65. Di hari yang sama, 12 Agustus 2023, menakjubnya Dhawy diberi kesempatan menyanyikan sebuah lagu di tengah prosesi wisuda. Saat itu, Ia membawakan lagu berjudul A Moment Like This, pengarang dari Leona Lewis.

Dhawy pun mengungkapkan perasaan nya yang sangat terharu karena dipercaya untuk menyanyi di hadapan audience yang tentunya tidak sedikit. Awalnya Ia berpikir, kemampuan bernyanyi yang dipelajari sejak kecil tidak terlalu terlihat oleh pihak fakultas maupun universitas. Sebab, Dhawy sebelumnya dikenal dengan branding diri yang lain, yaitu penulis novel dan puisi. Namun siapa sangka, Dhawy juga masih mendapatkan kesempatan untuk memberikan persembahan sebuah lagu di acara yang sangat luar biasa.

 

Motivasi Berkuliah

Semasa kecil, Mamanya sangat antusias untuk menanamkan pentingnya pendidikan dimasa depan dan memberitahunya bahwa dalam menempuh pendidikan itu dimulai SD, SMP, SMA, lalu dilanjutkan program sarjana atau kuliah. Pemahaman itu diberikan oleh Ibunya sebelum Dhawy bersekolah. Jadi, waktu itu Ia merasa ada yang belum selesai setelah lulus SMA yaitu lanjut kuliah. Secara sistematis, “Otak pun langsung terprogram untuk mengambil langkah selanjutnya, yaitu kuliah”, imbuhnya.

Dhawy pun memilih bidang sastra karena adanya ketertarikan yang tinggi. Ditambah lagi, berhasil menerbitkan buku puisi sebelum lulus SMA. Menuju tangga sastrawan atau singer yang profesional dan mendalami bakat itu maka diperlukan tekat dan daya juang yang tinggi.

Akhirnya, keputusan Dhawy pun terpilih pada prodi Bahasa dan Sastra Indonesia di UNAIR. Ada sedikit kekhawatiran diawal menapakan kaki di Perguruan tinggi top 5 se-Indonesia ini. Bagaimana tidak, pikiran kalut, takut kalau Ia tidak dapat mengimbangi dengan rekan-rekannya yang berfungsi normal. Akan tetapi, Allah SWT tidak pernah tidur dan maha penyayang pada hambanya, Dhawy pun ingat pesan-pesan moral dan softskill yang diajarkan Ibunya yaitu Keberanian dan kepercayaan diri yang telah tertanam sejak kecil, hingga mengakar sampai sekarang. Iapun berstatus menjadi maba (mahasiswa baru) tanggal 12 Agustus 2019, kemudian menyelesaikan program sarjana pada prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga pada 12 Agustus 2023. Alhamdulillah!

 

Harapan dan Cita-Cita

Harapan Dhawy adalah dapat mengaplikasikan ilmu nya ke dalam dunia kerja. dan semakin terbuka kesempatan yang luas untuk penyandang disabilitas yang bekerja di perusahaan yang mereka inginkan. Iapun juga berharap, semakin tumbuh kesadaran di masyarakat bahwa disabilitas butuh kesempatan yang sama untuk berdaya dan membangun karier.

Harapan Dhawy untuk Universitas Airlangga adalah semoga segala keramahan yang Dhawy terima selama berkuliah hingga lulus, tetap dipertahankan dan diberikan kepada mahasiswa disabilitas lainnya. Dhawy juga ingin berterima kasih atas segala dukungan yang membuat Ia selalu bersemangat menuntut ilmu di Universitas Airlangga. Dari mulai kelas, fakultas hingga universitas, semuanya sangat suportif melebihi yang dulu ia kira. Untuk saat ini, Dhawy tidak memiliki saran karena sangat terpuaskan dengan keramahan semua lingkup lingkungan di UNAIR. Terima kasih!

Penulis: Huriyah Dhawy Febrianti

Editor: Rozi

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.