Disabilitas Cerebral Palsy Unair Lulus Magister Kebijakan Publik
Nely Suwidyanti atau yang biasa akrab di panggil Nely merupakan mahasiswi Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy. Meskipun Nely memiliki kekurangan, tetapi itu semua tidak menghalangi niatnya untuk meraih pendidikan yang setinggi mungkin dan mampu menyelesaikannya dengan baik hingga wisuda. Alumus Program Studi S1 Statistika Fakultas Sains dan Teknologi serta Alumus Program Studi Magister Kebijakan Publik Universitas Airlangga itu telah mampu menyelesaikan pendidikan Magisternya di Universitas Airlangga (Februari 2022- Agustus 2023). Seperti kita ketahui bersama UNAIR merupakan salah satu Universitas Terbaik yang ada di Indonesia, UNAIR membuka kesempatan yang sangat luas bagi siapapun yang ingin menempuh pendidikan di UNAIR tidak terkecuali Penyandang Disabilitas. Hal ini dirasakan juga oleh Nely, terutama saat menempuh pendidikan pada Program Magister, ia tidak menemukan kesulitan yang berarti saat menempuh pendidikannya bahkan Nely sangat enjoy dalam menjalaninya.
Profil Diri dan Keluarga
Nely adalah anak kedua dari dua bersaudara. Nely mengalami Cerebral Palsy sejak lahir. Nely terlahir dari seorang Ayah yang berprofesi sebagai TNI-AL dan seorang Ibu yang berprofesi sebagai seorang Guru. Nely di lahirkan dalam kondisi prematur pada usia kandungan 5 bulan 10 hari. Nely terlahir pada tanggal 22 Maret 1996, yang kemudian di besarkan dengan penuh perjuangan, kasih sayang, optimisme, disiplin, berdayajuang tinggi, serta percaya diri.
Di lahirkan dengan kondisi Cerebral Palsy tidak menyurutkan Nely untuk menuntut ilmu serta mengembangkan bakatnya. Nely mendapatkan gelar M.KP. setelah menempuh pendidikannya di Program Studi Magister Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (2022-2023). Sebelum nya Nely menempuh Pendidikan S1 Statistika Universitas Airlangga (2015-2021), SMAN 10 Surabaya (2012-2015), SMP HANGTUAH 2 Surabaya (2009-2012), dan SDN Kedurus IV/431 Surabaya (2004-2009).
Nely teringat saat usia sekitar 4 tahun, Nely sering sekali di putarkan kaset VCD film ”Pertualangan Sherina”, yang menayangkan kehidupan anak- anak SD yang sedang bersekolah dan memiliki banyak teman bermain serta belajar. Berawal dari film ”Pertualangan Sherina” tersebut keinginan Nely untuk bersekolahpun muncul. Nely kecilpun dengan polosnya berkata kepada ibu dan ayahnya, “ Ibuk dan Bapak nely pengen sekolah, tapi Nely belum bisa jalan, boleh?” Sebagai ayah dan ibu orang tua Nely menjawab dengan sangat antusias “ Tentu saja boleh”. Lalu Nely yang saat itu masih anak-anak menjawab dengan polosnya ”Nely tapi mau sekolahnya di antarkan dan ditunggu oleh ibuk aja ga mau yang lain”. Dengan semangat ibunya menjawab ” Ya, nanti Nely sekolah ditunggu ibu ya” Sebagai orang tua Ayah dan Ibu Nely segera berkonsultasi kepada Dokter anak yang ada di YPAC Surabaya yang kebetulan Nely juga menjalani terapi di sana, maksudnya Nely kecil supaya bersekolah di YPAC saja sekalian tetapi dari hasil analisis yang dilakukan oleh Terapis dan Dokter yang menangani Nely di YPAC, orang tua Nely di sarankan untuk mencoba mendaftarkan Nely di sekolah umum saja, karena menurut terapis dan dokter yang menangani Nely di YPAC , Nely ini mampu secara intelektual jika bersekolah di sekolah umum.
Akhirnya Orang Tua Nely menemukan sekolah umum yang mau menerima anak berkebutuhan khusus. Seiring berjalannya waktu, Nely sudah lebih bisa mandiri bila di bandingkan dengan awal-awal ketika masuk sekolah (TK), Nely mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekolah umum, tentu itu semua tidak lepas dari peran orang tua yang sangat mendukung kemajuan anaknya, berbagai cara di lakukan oleh orang tua Nely untuk menunjang kegiatan akademik Nely di sekolah seperti mendaftarkan Nely ikut bimbingan belajar di Ganesha Operation maupun mengundang guru untuk les privat di rumah. Kedua Orang Tua Nely tak pernah lelah mengantarkan Nely sekolah maupun mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah setiap hari, walaupun kedua orang tua Nely bekerja akan tetapi mereka tetap meluangkan waktu untuk mengantarkan Nely sekolah maupun mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Melihat semangat Kedua orang tuanya dalam mendukung proses belajarnya, membuat semangat dalam diri Nely semakin membara dalam menuntut ilmu dan terus mengejar mimpi-mimpinya.
Lulus Program Magister 1,5 Tahun dan IPK diatas 3,5
Nely dapat menyelesaikan studi Magisternya hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun dan dinyatakan lulus setelah menyelesaikan penulisan tesisnya yang berjudul “ADVOKASI KEBIJAKAN MITIGASI BENCANA BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus Peran Difagana dalam Advokasi Kebijakun Mitigasi Bencana Bagi Penyandang Distabilitas di Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Nely yang menjalani ujian seminar hasil pada tanggal 15 Juli 2023 dan dilanjutkan dengan siding tesis pada tanggal 18 Juli 2023, Nely mengkuti proses yudisium pada tanggal 01 agustus 2023 dan wisuda pada tanggal 14 Oktober 2023. Nely lulus dengan gelar Magister Kebijakan Publik (M.KP.) dengan IPK 3,66.
Nely sendiri sebenarnya tidak menyangka dan sangat terharu bisa menyelesaikan pendidikan Magisternya hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun, mengingat selain menempuh Pendidikan Magister nya di Universitas Airlangga, Nely juga sedang menyelesaikan Program Sarjananya di Universitas Terbuka pada Program Studi S1 Administrasi Publik. Tentu semua ini tidak lepas dari peran Orang Tua, Para Dosen , dan Teman-teman Nely yang selalu memberikan support dan dukungannya selama proses perkuliahan.
Harapan dan Cita-Cita
Setelah menyelesaikan Program Pendidikan Magistenya, Nely melanjutkan pendidikannya pada Program Doktor di Program Studi Ilmu Sosial. Nely sangat berharap dapat menyelesaikan Studi S3 nya secepat mungkin dan segera dapat mengaplikasikan ilmu yang ia dapat selama ini di dunia kerja. Nely pun juga berharap agar semakin terbuka luwas kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas terutama di lingkungan Pemerintahan agar banyak penyandang disabilitas yang dapat menjadi seorang PNS. Tidak lupa, Nely juga berharap agar di lingkungan Masyarakat dapat tumbuh kesadaran bahwa disabilitas juga berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat bekerja dan membangun kariernya sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Harapan Nely untuk Universitas Airlangga kedepannya adalah Universitas Airlangga semoga dapat menjadi kampus yang lebih Inklusif lagi. Inklusivitasnya kalau bisa jangan hanya berada pada fakultas tertentu saja tetapi Inkluif harus bisa di terapkan di seluruh fakultas yang ada di Universitas Airlangga, agar kenyamanan dan fasilitas selama berkuliah di Universitas Airlangga dapat di rasakan secara merata.oleh Penyandang Disabilitas yang sedang menjalani proses perkuliahannya.
Editor : Rozy