Komitmen Inklusi Nyata: Tim AIL Dampingi Wisudawan Disabilitas dalam Wisuda Unair ke-251

Surabaya, 27 April 2025 — Komitmen Universitas Airlangga (Unair) dalam mewujudkan kampus yang inklusif dan ramah terhadap penyandang disabilitas kembali diwujudkan dalam pelaksanaan Wisuda ke-251. Bertempat di Airlangga Convention Center (ACC), Kampus C Unair, kegiatan wisuda yang berlangsung selama dua hari, yakni Sabtu dan Minggu (26–27 April 2025), melibatkan Tim Airlangga Inclusive Learning (AIL) untuk memberikan pendampingan khusus bagi wisudawan penyandang disabilitas serta orang tua dengan keterbatasan fisik.
Wisuda ke-251 dilaksanakan dalam tiga sesi, dengan dua sesi pada hari pertama (Sesi 1 pukul 07.00–12.00 dan Sesi 2 pukul 13.00–16.30) dan satu sesi di hari kedua (pukul 07.00–12.00). Selama tiga sesi tersebut, Tim AIL menerjunkan total enam orang relawan mahasiswa yang bertugas secara bergiliran. Setiap sesi diisi oleh dua orang relawan yang telah dilatih untuk memberikan pendampingan kepada peserta disabilitas, termasuk dalam hal mobilitas, navigasi ruang wisuda, serta interaksi sosial.
Keterlibatan aktif relawan AIL menjadi salah satu bentuk implementasi nyata dari nilai-nilai inklusi yang terus digencarkan oleh Universitas Airlangga. Tim AIL, yang sejak awal dibentuk untuk mendampingi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus (MBK) dalam berbagai aktivitas akademik dan non-akademik, kali ini menunjukkan eksistensinya dalam perhelatan formal universitas yang besar.
Mewujudkan Kampus Ramah Inklusi: Akses Setara untuk Semua
Pelibatan Tim AIL dalam wisuda bukan sekadar teknis, tetapi juga mencerminkan filosofi kampus yang ingin menciptakan lingkungan belajar dan berkegiatan yang adil dan setara. Kehadiran relawan tidak hanya memberikan bantuan fisik, melainkan juga dukungan moral dan emosional yang signifikan bagi para peserta disabilitas dan keluarga mereka.
Relawan AIL tidak hanya membantu wisudawan disabilitas saat prosesi berlangsung, tetapi juga memberikan bantuan kepada orang tua yang lanjut usia atau memiliki keterbatasan fisik, seperti kesulitan berjalan atau menggunakan kursi roda. Mereka memandu akses jalan, menunjukkan lokasi tempat duduk orang tua, serta menjaga kenyamanan selama prosesi berlangsung.
Suara Para Relawan: Belajar dari Lapangan, Menyentuh Hati
Pengalaman menjadi relawan dalam acara sebesar wisuda meninggalkan kesan mendalam bagi para mahasiswa yang terlibat. Tidak sedikit dari mereka yang awalnya merasa gugup, namun kemudian menyadari bahwa pengalaman tersebut memberikan makna yang jauh lebih besar dari sekadar tugas pendampingan.
Yoke, salah satu relawan yang bertugas di sesi pertama, membagikan pengalamannya. "Karena aku belum wisuda, momen ini ngga hanya membawa aku merasakan hangat momen wisuda, tapi bagaimana bapak/ibu yang sudah sepuh bahkan memiliki keterbatasan fisik, sangat berusaha untuk menghadiri wisuda putra/putrinya," ungkapnya. Salma, yang bertugas di sesi kedua, menuturkan kekagumannya terhadap atmosfer acara. "Seru banget, ngga menyangka bisa merasakan pengalaman ini," katanya. Angel, relawan yang bertugas pada hari kedua, juga mengungkapkan perasaan campur aduk saat menjalankan tugasnya. "Keren sih, awalnya takut tapi pas dijalani ada rasa yang gabisa aku ungkapin, Kak," ujarnya.
Ketiganya sepakat bahwa menjadi bagian dari tim pendamping adalah pengalaman yang memperluas wawasan dan mengasah empati. Mereka juga berharap agar keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan sosial seperti ini dapat terus didorong oleh universitas.

Foto: Momen inklusi: Seorang relawan AIL Unair yang bernama Yokebeth Patria saat mendorong kursi roda wisudawan disabilitas saat menghadiri prosesi Wisuda Unair ke-251
Langkah Strategis Menuju Masa Depan Kampus yang Inklusif
Kegiatan pendampingan dalam wisuda ini juga menjadi refleksi atas peran AIL sebagai motor penggerak inklusi di Universitas Airlangga. Sejak dibentuk, AIL telah aktif dalam memberikan pendampingan akademik, advokasi, serta sosialisasi terhadap isu-isu disabilitas. Keterlibatan AIL dalam acara formal seperti wisuda adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan ekosistem kampus yang benar-benar mendukung partisipasi penuh mahasiswa berkebutuhan khusus.
Selain sebagai bentuk pelayanan langsung, kegiatan ini juga membawa pesan kuat kepada seluruh sivitas akademika: bahwa keberagaman adalah bagian integral dari identitas Unair sebagai institusi pendidikan tinggi. Pendekatan inklusif bukan hanya tanggung jawab satu tim, melainkan seluruh pihak yang terlibat dalam kehidupan kampus — dari dosen, tenaga kependidikan, hingga sesama mahasiswa.
Harapan dan Kelanjutan
Melalui peran aktif Tim AIL dalam Wisuda ke-251 ini, Universitas Airlangga kembali menegaskan jati dirinya sebagai kampus yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga humanis dan berkeadilan. Pendampingan yang dilakukan bukan hanya membantu secara praktis, melainkan juga menciptakan ruang bagi mahasiswa disabilitas dan keluarga mereka untuk merasakan momen bahagia secara utuh.
Kedepannya, Tim AIL berharap keterlibatan relawan dapat diperluas tidak hanya dalam kegiatan-kegiatan besar seperti wisuda, tetapi juga dalam kehidupan kampus sehari-hari. Dengan begitu, cita-cita menjadikan kampus sebagai tempat tumbuh bersama bagi semua mahasiswa, tanpa kecuali, dapat terwujud sepenuhnya.
Author : Yokebeth Patria
Editor : Rozi